Sekolah AKSI KONSISTEN | Sekolah Kesetaraan SD/SMP/SMA Bandung

Sekolah AKSI adalah Sekolah Non Formal yang menyelenggarakan Pendidikan Kesetaraan Paket A/B/C Setara SD/SMP/SMA di Kota Bandung dan telah Terakreditasi plus Kursus Komputer dan Kewirausahaan. Solusi Putus Sekolah atau Belum Memiliki Ijazah SD/SMP/SMA tanpa Batasan Usia, Jarak dan Waktu. Biaya Ringan serta dapat diangsur, menjadikan Sekolah AKSI menjadi Sekolah Pilihan dan Terbaik di Kota Bandung. Mari bergabung dengan Sekolah AKSI, raih peluang dan kesempatan di masa yang akan datang

KONSISTEN

Bahwa ada hasil dari apa yang kita lakukan, sudah menjadi sebuah kesepakatan. Hanya saja, tidak banyak yang menyadari, untuk mendapatkan sebuah hasil, terkadang tidak sesederhana yang kita bayangkan. Banyak jalan berliku dan menanjak yang bisa membuat kita putus asa, mengurungkan niat atau mencoba memulai hal yang lain.

Ada kisah mengenai batu. "Sekeras apapun sebuah batu, akan menjadi hancur hanya karena tetesan air". Dengan syarat air itu menetes secara terus menerus.

Berbicara tentang sikap konsisten, menurut KBBI online, mempunyai dua arti:

1 tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek;
2 selaras; sesuai: perbuatan hendaknya dng ucapan.

Mari kita jabarkan dua definisi konsisten diatas.

Definisi pertama, konsisten berarti tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; Sebuah sikap mental dalam menghadapi sesuatu-baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan-yang sifatnya terus menerus. Konsisten lebih luas dari sikap disiplin. Konsisten didasari oleh sebuah paradigma, sedang disiplin didasarkan pada alasan.

Tidak seperti alasan yang mudah berubah karena sebuah informasi, untuk merubah paradigma sangatlah sulit. Sebab, paradigma adalah kerangka yang membentuk pikiran kita dan biasanya dipengaruhi oleh perjalanan hidup. Walaupun begitu betapapun sulitnya, untuk memupuk konsistensi, harus terlebih dahulu merubah dan membentuk paradigma yang dimiliki . Ketika paradigma terbentuk, terbentuklah sebuah alasan yang kuat atau komitmen. Kemudian muncul tindakan.

Paradigma adalah air, tetesan adalah tindakan, batu adalah tujuan. Nah semakin kuat paradigma, semakin banyak tetesan yang mengarah ke batu, dan makin besar kemungkinan untuk hancur. Hancurnya sebuah batu adalah tercapainya sebuah tujuan.

Hal pertama yang diperlukan untuk membentuk paradigma adalah pengetahuan bahwa hal yang kita lakukan benar atau tidak. Ini yang kita sebut dengan keyakinan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Tapi sebelum dan setelah itu, selayaknya kita memohon petunjuk Tuhan jangan hanya mengandalkan diri sendiri.

Alangkah bodohnya saya ketika hanya mengandalkan diri saya ketika memutuskan sesuatu. Ketidaktahuan tentang permasalahan tersebut serta didasari hanya karena ikut-ikutan menyebabkan saya terjerembab ke dalam sebuah lubang gelap. Dimana saya hanya berjalan, tapi tidak tahu kemana. Dan ini terjadi selama bertahun-tahun, dimana saya melakukan sesuatu yang masih mengambang tujuannya.

Yang kedua adalah mencari mentor atau guru yang siap mengajari dan meluruskan apabila terjadi kesalahan. Setelah itu, kita mencari sebuah komunitas yang sejalan dengan pikiran kita. Bagaimana perilaku manusia, ditentukan dilingkungan mana dia berada. Mentor dan komunitas ini diperlukan untuk sharing.
Setelah paradigma terbentuk, maka diperlukan sebuah komitmen, keberanian dan ketahanan di tengah adanya perubahan. Nah, manfaat mentor dan komunitas akan terasa. Dengan adanya mentor dan komunitas, akan membangkitkan semangat untuk selalu konsisten. Namun, ketika suatu hal terlihat kesalahannya, tidak selayaknya kita konsisten dengan kesalahan itu. Untuk itu diperlukan sikap mengoreksi diri secara terus menerus.

Definisi kedua, konsisten berarti selaras; sesuai: perbuatan hendaknya (sesuaitambahan dari saya) dng ucapan. Menyelaraskan antara perbuatan dan ucapan sangatlah sulit. Manusia memiliki kelemahan yang terkadang menyebabkan keterpelesetan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Seorang pembelajar sejati, apabila terpeleset dan jatuh, akan bangkit, menyesali kesalahannya, kemudian menjadikannya pelajaran agar tidak terulang kembali.
Demikian terus menerus seperti itu, sampai ajal menjemput.

Jatuhnya seseorang kepada kesalahan, tidak berarti menafikkan upaya untuk menebarkan kebenaran, khususnya melalui ucapan. Setiap manusia memiliki kesalahan, dan tidak tercela ketika dia menyadari kesalahannya, kemudian memperingatkan orang lain agar tidak terjatuh kepada kesalahan yang sama.

Terkadang orang mencela orang lain yang berusaha konsisten yang terjatuh kepada kesalahan. Orang semacam ini tidak mengetahui tabiat manusia, atau tidak mau memanusiakan kemanusiaan orang lain. Seharusnya dia mengaca diri, apakah dia memiliki kesempurnaan sebagaimana yang dia harapkan kepada orang yang dia cela.

Kesimpulannya: konsisten adalah sebuah usaha, bukanlah sebuah hasil. Baik konsisten untuk mencapai cita-cita atau konsisten antara ucapan dan perbuatan. Konsistensi sama pentingnya dengan sebuah hasil. Hasil adalah sebuah bonus dari sikap konsisten. Sikap konsisten harus dipupuk, jika tidak ingin menjadi seorang yang plin-plan atau seorang pemimpi. Semoga kita selalu konsisten dengan kebaikan.

Source : duadua.blogdetik.com

Subscribe to receive email updates:

0 Response to "KONSISTEN"

Post a Comment